Ridwan Kami mendapatkan suara 50,6 persen dan Dedi Mulyadi 25,1 persen jika pemilihan gubernur dilakukan sekarang. Demikian temuan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk “Peluang Calon-calon Gubernur dalam Pilkada Jawa Barat” yang dilakukan pada 9 Juni-1 Juli 2024. Hasil survei ini dipresentasikan Direktur Eksekutif SMRC, Deni Irvani, melalui kanal YouTube SMRC TV pada Sabtu, 13 Juli 2024.
Video presentasi survei bisa dilihat di sini: https://youtu.be/3wqF-a54Ejs?si=ttyxQ4Ip7yD5V0kS
Dalam presentasinya, Deni menunjukkan, bahwa dalam simulasi semi semi terbuka dengan daftar banyak nama, Ridwan Kamil mendapat dukungan 50.6 persen, disusul Dedi Mulyadi 25.1 persen, Deddy Mizwar 3.7 persen, dan Dede Yusuf Macan Effendi 2.7 persen, Bima Arya 2.2 persen, Desy Ratnasari 2.1 persen. Nama-nama lain masing-masing di bawah 2 persen. Sementara yang tidak tahu atau tidak menjawab sekitar 4.1 persen.
“Bila pemilihan gubernur Jawa Barat diadakan ketika survei dilakukan pada 9 Juni-1 Juli 2024, Ridwan Kamil berpeluang paling besar untuk menang,” ungkap Deni.
Lebih jauh Deni menunjukkan bahwa jika yang bersaing hanya ada tiga calon, suara Ridwan Kamil menjadi 55.8 persen, unggul signifikan atas Dedi Mulyadi yang mendapat dukungan 35.5 persen dan Ahmad Syaikhu 4.3 persen. Sementara yang belum tahu sekitar 4.4 persen.
Deni menjelaskan skenario tiga calon ini berdasarkan pada asumsi tiga partai dengan perolehan suara terbanyak dalam pemilihan legislatif 2024 masing-masing membuat poros calon gubernur. Ridwan Kamil mewakili poros Golkar, Dedi Mulyadi dari poros Gerindra, dan Ahmad Syaikhu dari poros PKS.
Jika yang bersaing hanya dua nama, lanjut Deni, di mana yang bertarung adalah Ridwan Kamil melawan Dedi Mulyadi, Ridwan Kamil mendapat dukungan 60.8 persen unggul atas Dedi Mulyadi yang mendapatkan suara 34.5 persen. Yang belum tahu sekitar 4.7 persen.
“Dalam dua bulan terakhir (Mei-Juni 2024) elektabilitas para bakal calon cenderung stabil, perubahannya masih dalam margin of error survei (perbedaan kurang dari 4.6%). Ridwan Kamil tetap unggul jauh di atas tokoh-tokoh lainnya,” jelas Deni.
Dalam survei ini, SMRC juga menguji tiga pasangan: Ridwan Kamil-Ono Surono (Golkar-PDIP), Dedi Mulyadi-Bima Arya (Gerindra-PAN), dan Haru Suandharu-Ilham Habibie (PKS-NasDem). Dalam simulasi tiga pasangan ini, pasangan Ridwan Kamil-Ono Surono mendapat dukungan 56.7 persen, unggul signifikan atas Dedi Mulyadi-Bima Arya 37.3 persen dan Haru Suandharu-Ilham Habibie 1.3 persen. Yang belum tahu sekitar 4.7 persen.
Deni menjelaskan bahwa keunggulan Ridwan Kamil disebabkan oleh antaranya karena kinerjanya sebagai gubernur dinilai memuaskan oleh umumnya pemilih (89.9 persen).
“Penilaian ini stabil dalam 2 bulan terakhir. Karena itu wajar jika pemilih pada umumnya masih menginginkan Ridwan Kamil kembali menjadi Gubernur Jawa Barat (76.6 persen),” kata Deni.
Keunggulan Ridwan Kamil juga terlihat di semua partai baik dalam simulasi perseorangan maupun pasangan. Di kalangan pemilih Golkar, misalnya, dukungan pada Ridwan Kamil stabil di angka 60 dan 59 persen dalam simulasi tiga nama perseorangan dan ketika berpasangan dengan Ono Surono. Sementara dukungan massa pemilih PDI Perjuangan untuk Ridwan Kamil dalam simulasi tiga nama sebanyak 56 persen menjadi 62 persen ketika dipasangkan dengan Ono Surono.
Metodologi
Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia di Provinsi Jawa Barat yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Dalam survei ini jumlah sampel sebanyak 410 orang di setiap Kabupaten/Kota sehingga total sampel di seluruh Provinsi Jawa Barat menjadi 11070 orang. Sampel dipilih dengan metode stratified multistage random sampling. Toleransi kesalahan (margin of error) survei diperkirakan ±1.1% pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi stratified random sampling. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.
Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.