Di kalangan pemilih kritis, tingkat likeability Ganjar Pranowo 82 persen, Prabowo Subianto 80 persen, dan Anies Baswedan 68 persen.
Demikian hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk ”Kualitas Popularitas dan Elektabilitas Bacapres di Pemilih Kritis”. Survei yang dilakukan pada 30-31 Mei 2023 melalui telepon ini dipresentasikan Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, pada Senin, 5 Juni 2023.
Video presentasi survei bisa dilihat di sini: https://youtu.be/wvrKTUSfRfg
Deni menunjukkan 97 persen dari pemilih kritis sudah mengetahui Prabowo, Anies 91 persen, dan Ganjar 89 persen. Dari sisi kuantitas, popularitas Prabowo tertinggi, disusul Anies dan Ganjar. Namun dari sisi kualitas, Ganjar lebih positif. Di antara yang tahu, yang suka kepada Ganjar 82 persen, sementara yang suka Prabowo 80 persen, dan Anies 68 persen.
Lebih jauh Deni menunjukkan bahwa dalam 6 bulan terakhir terakhir, kedisukaan (likeability) Anies turun signifikan dari 73 persen pada survei Desember 2022 menjadi 68 persen pada survei 30-31 Mei 2023. Sementara kedisukaan Ganjar dan Prabowo dalam 6 bulan terakhir (Desember 2022 ke Mei 2023) relatif stabil. Tingkat kedisukaan keduanya juga lebih positif dari Anies.
Pemilihan sampel dalam survei ini dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD). RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak. Survei terakhir dilakukan pada 30-31 Mei 2023 dengan sampel sebanyak 909 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak. Margin of error survei diperkirakan ±3.3% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.
Deni menjelaskan bahwa “pemilih kritis” adalah pemilih yang punya akses ke sumber-sumber informasi sosial-politik secara lebih baik karena mereka memiliki telepon atau cellphone sehingga bisa mengakses internet untuk mengetahui dan bersikap terhadap berita-berita sosial-politik. Mereka umumnya adalah pemilih kelas menengah bawah ke kelas atas, lebih berpendidikan, dan cenderung tinggal di perkotaan. Mereka juga cenderung lebih bisa memengaruhi opini kelompok pemilih di bawahnya. Total pemilih kritis ini secara nasional diperkirakan 80%.