Survei terakhir Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menemukan dukungan pada masing-masing calon gubernur DKI Jakarta mengalami fluktuasi. Satu-satunya pasangan yang relatif stabil adalah pasangan Anies Baswedan – Sandiaga Uno. Sementara pasangan Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat mengalami peningkatan dukungan yang cukup tajam ke angka 34.8 persen, di mana pada survei Desember 2016 hanya di angka 28.8 persen.
Perubahan drastis juga terjadi pada pasangan Agus Harimurti Yudhoyono – Sylviana Murni. Pada survei Desember 2016, dukungan pada pasangan ini mencapai 30.8 persen, namun mengalami penurunan cukup tajam ke angka 22.5 persen pada survei terakhir ini.
Pertanyaan utama yang hendak dilacak oleh survei ini adalah apakah debat kandidat yang disiarkan ke publik memiliki pengaruh dalam fluktuasi dukungan ini. Survei ini menemukan bahwa mayoritas warga (62%) mengaku menonton debat publik yang diselenggarakan secara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) pada 13 Januari 2017 lalu. Di antara yang menonton debat, pasangan Ahok-Djarot dinilai lebih baik dari pasangan Anies-Sandi dan Agus-Sylvi.
Sekitar 44% warga, yang nonton debat, berpendapat bahwa Ahok-Djarot lebih baik dari pasangan lainnya. Sementara yang berpendapat Anies-Sandi lebih baik 27% dan yang berpendapat Agus-Sylvi lebih baik hanya 17%.
Hasil analisis perbedaan dalam predicted probabilities pasca regresi logistik multinomial menunjukkan bahwa penilaian terhadap debat punya dampak elektoral yang kuat dan sangat signifikan meskipun dikontrol oleh sejumlah faktor lain.
Karena unggul di debat, elektabilitas Ahok-Djarot unggul atau meningkat. Dibanding Desember 2016, dukungan Ahok-Djarot dalam survei pasca debat ini naik sekitar 6%, Agus-Sylvi turun 8.3%, dan Anies-Sandi naik 2%.
Keunggulan dalam debat meningkatkan elektabilitas Ahok-Djarot secara signifikan. Sebaliknya Agus-Sylvi, karena diniliai paling kurang baik dalam debat, mengalami penurunan dukungan secara signifikan.
Sementara itu dukungan pada Anies-Sandi pasca debat tidak mengalami perubahan yang berarti, karena pasangan ini tidak unggul dalam debat—meskipun bukan yang paling buruk.
Semakin positif evaluasi pemilih terhadap calon dalam debat, semakin besar peluang calon bersangkutan untuk dipilih, begitu juga sebaliknya. Perubahan secara signifikan pada pemilih masih sangat mungkin terjadi sampai pilkada diadakan.