Menjelang hari H Pilkada DKI Jakarta, dua pasang calon memiliki peluang yang berimbang. Dalam survei mutakhir yang dilaksanakan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), kedua calon bersaing ketat. Bila pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta putaran kedua diadakan ketika survei dilakukan, pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Syaiful Hidayat mendapat dukungan sekitar 46,9%, sementara pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno yang mendapat dukungan sekitar 47,9%. Yang belum tahu sekitar 5.2%.
Selisih dukungan antara kedua pasangan hanya sekitar 1%. Ini tidak signifikan secara statistik. Namun begitu, trend dukungan pada masing-masing calon berbeda. Dalam sebulan terakhir, dukungan kepada Ahok-Djarot naik 3,1%, sementara Anies-Sandi turun 2,8%.
Salah satu faktor yang menyebabkan perubahan dukungan adalah debat publik. Survei ini menemukan bahwa debat calon di tv berpengaruh terhadap pilihan.
Sekitar 45% warga menonton debat di Metro TV 27 Maret 2017 lalu. Di antara yang menonton, mayoritas (63%) menilai Ahok unggul dari Anies.
Karena unggul di debat, elektabilitas Ahok dalam sebulan terakhir cenderung naik. Sebaliknya Anies, karena tidak unggul dalam debat, elektabilitasnya cenderung sedikit menurun.
Pilihan terhadap calon juga dipengaruhi oleh evaluasi atas kinerja incumbent, kualitas personal calon, dan isu penistaan agama. Mayoritas warga (76%) merasa puas dengan kinerja Ahok sebagai gubernur. Penilaian ini berdampak positif terhadap dukungan pada petahana.
Dari sisi kualitas personal, Ahok dinilai unggul atas Anies dalam sifat-sifat kepemimpinan yang penting (jujur, perhatian, dan mampu memimpin). Ini juga ikut mendorong elektabilitas petahana.
Sementara itu isu penistaan agama berdampak negatif terhadap elektabilitas petahana, dan positif terhadap Anies-Sandi.
Ketika survei ini dilakukan (31 Maret-5 April 2017), dukungan kepada masing-masing calon di bawah 50% dengan selisih sekitar 1%, dan masih ada sekitar 5.2% pemilih yang mengambang. Karena itu masing-masing calon masih punya peluang untuk menang. Perubahan secara signifikan pada pemilih masih sangat mungkin terjadi sampai pilkada diadakan (19 April 2017).
Sumber foto: Tempo