Bila tidak ada peristiwa besar dalam satu setengah tahun ke depan, misalnya skandal korupsi, krisis ekonomi, dan skandal moral, kemungkinan besar PDIP akan memperoleh suara jauh lebih besar pada Pemilu 2019 dibandingkan hasil pemilu 2014, dan Jokowi akan terpilih lagi jadi presiden secara meyakinkan pada 2019.
Pernyataan ini disampaikan Dr. Djayadi Hanan, Direktur Utama Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), dalam presentasi survei nasional SMRC, Selasa, 2 Januari 2018, di Jakarta.
Survei nasional dilakukan pada 7-13 Desember 2017, dengan melibatkan 1220 responden. Sampel ditarik secara multistage random sampling. Margin of Errornya 3,1 persen.
Bila dibandingkan dengan perolehan suara pada Pemilihan Legislatif 2014, PDIP adalah satu-satunya partai politik yang menunjukkan peningkatan dukungan suara signifikan. Pada Pileg 2014, PDIP memperoleh suara 18,95 persen; sementara menurut Survei SMRC Desember 2017, dukungan pada PDIP telah mencapai 27,6 persen.
Empat partai politik besar lainnnya justru mengalami penurunan atau cenderung stabil: Golkar yang memperoleh 14,75 persen (Pileg 2014) turun menjadi 12,1 persen (survei SMRC); Gerindra 11,81 persen (Pileg 2014) menjadi 8,9 persen (Survei SMRC); Demokrat 10,19 persen (Pileg 2014) menjadi 7,7 persen (survei SMRC), serta PKB 9,04 persen (Pileg 2014) menjadi 6,3 persen (survei SMRC).
Kecenderungan ini menunjukkan banyaknya pemilih yang berpindah pilihan ke partai politik lain dibandingkan pada Pileg 2014. Swing voter paling banyak ditemukan di kalangan pemilih Partai Demokrat (51 persen); diikuti oleh PAN (50 persen), PPP dan Hanura (masing-masing 47 persen), Gerindra (45 persen), dan Golkar (38 persen). Adapun partai yang paling sedikit swing voter-nya adalah PKS (20 persen) dan PDIP (23 persen).
“Fakta ini menunjukkan kesetiaan warga pada partai politik di Indonesia cenderung lemah,” ujar Djayadi. “Dapat dikatakan, pemilih Indonesia terbuka dan menuntut partai bekerja lebih keras untuk meyakinkan mereka,” ujar Djayadi.
“Dengan pola semacam ini, terbuka kemungkinan partai-partai yang lolos ke Senayan pada 2014 sekarang menjadi tidak lolos lagi, atau sebaliknya, lolos dengan perolehan suara lebih baik pada Pemilu 2019 nanti,” tambahnya.
Survei SMRC menunjukkan bahwa hanya sekitar 11 persen warga yang mengakui memiliki kedekatan dengan partai politik tertentu (Party-ID). Persentase ini termasuk yang terendah dibandingkan negara-negara yang menganut sistem demokrasi di dunia.
PDIP sendiri memang adalah salah satu partai dengan jumlah pendukung loyal terbesar. Namun posisi PDIP semakin menguat antara lain karena warga mengidentifikasikan PDIP sebagai partai pendukung Jokowi. Ada sekitar 20 persen warga yang menyatakan akan memilih PDIP karena PDIP adalah partai utama pendukung Jokowi.
Dalam hal elektabiltas Presiden, Survei SMRC menunjukkan posisi Jokowi terus menguat. Survei Desember ini menunjukkan jumlah warga yang menyatakan akan memilih Jokowi sebagai Presiden berdasarkan pertanyaan semi terbuka (kepada responden ditampilkan daftar lebih dari 30 nama capres), mencapai 53 persen. Ini merupakan kenaikan signfikan dibandingkan survei September 2017, ketika suara Jokowi baru mencapai 45,6 persen.
Di sisi lain, nama pesaing terdekat Jokowi hanyalah Prabowo yang hanya memperoleh 18,5 persen suara, yang menunjukkan tidak ada perubahan dukungan dibandingkan hasil survei September 2017.
Ketika responden dihadapkan dengan hanya dua pilihan, suara Jokowi justru semakin menguat sebagaimana terlihat dalam data berikut: Jokowi (64,1 persen) vs Prabowo (27,1 persen); Jokowi (72,6 persen) vs Anies Baswedan (15,0 persen); Jokowi (74,0 persen) vs Gatot Nurmantyo (13,0 persen); Jokowi (74,9 persen) vs Agus Harimurti Yudhoyono (12,9 persen).
Sementara itu, ketika responden diminta memilih calon wakil presiden, tiga nama yang mendapat suara terbanyak: M Jusuf Kalla (14,1 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (12,7 persen) dan Gatot Nurmantyo (12,2 persen).
Survei SMRC juga menunjukkan mayoritas warga setuju bila Prabowo dijadikan Cawapres mendampingi Jokowi. Sekitar 67 persen warga menyatakan setuju dengan kombinasi pasangan Jokowi-Prabowo sebagai Capres-Cawapres 2019, yang merupakan peningkatan siginfikan dari September 2017 ketika angkanya mencapai 48,1 persen.