Mayoritas warga Indonesia menganggap Indonesia saat ini di ambang resesi, namun ada peningkatan persentase warga yang menganggap ekonomi Indonesia akan membaik.
Sekitar 80% warga percaya bahwa Indonesia saat ini berada di ambang krisis dan resesi. Demikian pula 81% warga menilai kondisi ekonomi nasional sekarang lebih buruk dibanding tahun lalu, sementara 71%, merasa kondisi ekonomi rumah tangganya sekarang lebih buruk dibanding sebelum pandemi. Lebih jauh lagi, 87% warga menilai jumlah PHK sekarang lebih banyak dibanding tahun lalu.
Temuan itu disampaikan Deni Irvani, Direktur Riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), pada konferensi pers virtual hasil survei nasional berkala SMRC tentang kondisi ekonomi indonesia di masa pandemi, pada Selasa 14 Juli 2020. Wawancara per telepon dilakukan pada 8-11 Juli 2020 terhadap 2215 responden yang dipilih secara acak di seluruh Indonesia.
Namun menurut Deni, sikap ini juga dibarengi dengan cukup besarnya persentase warga yang menganggap kondisi ekonomi Indonesia akan membaik.
Menurut survei SMRC, sekitar 53% warga percaya kondisi ekonomi rumah tangganya tahun depan akan lebih baik, sementara yang menilai menjadi lebih buruk atau tidak ada perubahan 37%.
Dibandingkan temuan survei dua bulan lalu (5-6 mei 2020), tingkat optimisme ini semakin menguat. Bila saat ini 53% percaya bahwa kondisi ekonomi rumah tangga tahun depan akan membaik, pada awal Mei yang optimis hanya 29%.
Selain itu, warga yang optimistis menilai ekonomi nasional tahun depan lebih baik mencapai sekitar 47%; sementara yang menilai akan lebih buruk atau tidak ada perubahan 39%.
Ini pun merupakan peningkatan optimisme dibandingkan sebelumnya. Bila saat ini 47% percaya bahwa kondisi ekonomi nasional tahun depan akan membaik, pada awal Mei yang optimis hanya 27%.
Menurut Direktur utama SMRC, Sirojudin Abas, adanya peningkatan harapan masyarakat ini mungkin sekali berkorelasi dengan langkah pemerintah mengeluarkan kebijakan normal baru untuk merespon kondisi ekonomi yang berat tersebut.
“Salah satu langkah mendesak pemerintah dan DPR yang dapat semakin meningkatkan optimissme masyarakat adalah menuntaskan dan mengesahkan RUU Cipta kerja,” kata Abbas (14/7).
Menurut survei nasional SMRC, di antara warga yang tahu RUU Cipta Kerja, mayoritas (58%) mendukung langkah Presiden Jokowi untuk menjadikan RUU Cipta Kerja sebagai instrumen kebijakan mengatasi krisis ekonomi. Yang tidak mendukung hanya 35%.
Warga yang tahu RUU Cipta Kerja pada umumnya, 66%, mendukung langkah Presiden Jokowi menjadikan RUU Cipta Kerja sebagai instrumen kebijakan untuk mengatasi mencegah PHK dan mempeluas lapangan kerja. Yang tidak mendukung hanya 28%.
Rilis selengkapnya bisa dibaca di sini: