Ridwan Kamil masih memiliki potensi terbesar memenangkan Pilkada Jawa Barat tahun depan. Sementara itu, untuk pertama kalinya, dukungan pada Joko Widodo di provinsi ini mengungguli dukungan pada Prabowo Subianto.
Kesimpulan ini merupakan temuan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dipresentasikan di Jakarta, 2 November 2017. Penelitian dilakukan pada akhir September hingga awal Oktober 2017, dengan 820 responden yang ditarik dengan menggunakan metode multi-stage random sampling di Jawa Barat dengan margin of error 3,5 persen, pada tingkat kepercayaan 95%.
Direktur Eksekutif SMRC, Djayadi Hanan, menyatakan bahwa posisi Jawa Barat menjadi krusial sebab 18% pemilih nasional berada di provinsi ini, terbesar di Indonesia. “Berkaca pada hasil pilpres tahun 2014, dukungan gubernur kepada calon presiden merupakan faktor penting. Saat itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mendukung Prabowo Subianto dan terbukti Prabowo menang di Jawa Barat,” jelas Djayadi.
“Karena itu,” lanjut Djayadi, “dalam konteks pilpres 2019, calon gubernur mana yang terpilih pada pilkada 2018 dan siapa calon presiden yang ia dukung akan berpeluang memenangkan pilpres di Jawa Barat.”
Ridwan Kami Unggul
Dari berbagai simulasi pilihan (spontan, semi terbuka, hingga tertutup 2 nama), elektabilitas Ridwan Kamil konsisten berada di urutan teratas. Dukungan kepadanya berkisar 16,8%-64%, tergantung bentuk pertanyaan, jumlah calon, dan komposisi calon yang bersaing.
Namun begitu, dalam pertanyaan spontan (top of mind), masih ada 70,5% warga yang belum bisa menentukan pilihan secara spontan atau tanpa diperlihatkan daftar nama calon. Dalam metode ini, Ridwan Kamil mendapatkan dukungan terbanyak, 16,8%, disusul Deddy Mizwar 3,8%, Dedi Mulyadi 2,2%, Abdullah Gymnastiar 1,5%, sementara nama-nama lain masih di bawah 1%.
Dalam simulasi semi terbuka (responden diberi daftar nama 27 calon untuk dipilih, dan boleh memilih nama lainnya), dukungan pada Ridwan Kamil semakin solid yakni 34,1%, selanjutnya Deddy Mizwar 15,5%, Dede Yusuf Macan Effendi 9,9%, Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) 6%, Dedi Mulyadi 5,6%, dan nama-nama lain di bawah 4%. Yang belum tahu sekitar 11%.
Djayadi Hanan menyatakan “Sampai saat ini, Deddy Mizwar adalah penantang paling kuat Ridwan Kamil. Di semua simulasi Deddy Mizwar mendapat dukungan berkisar 3,8%-59,9%. Selisih dukungan Deddy Mizwar dan Ridwan Kamil di semua simulasi berkisar antara 11,3%-19,5%.”
Di barisan berikutnya, ada tiga nama yang mendapat dukungan cukup besar dan relatif hampir sama, yaitu Dede Yusuf Macan Effendi, Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) dan Dedi Mulyadi. Calon lain dukungan di simulasi semi terbuka masih kecil, di bawah 4%.
Selain soal elektabilitas, survei ini juga melacak tingkat kedikenalan dan kedisukaan masing-masing tokoh. Dalam hal kedikenalan (awareness), Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) adalah tokoh yang paling banyak dikenal (95%), selanjutnya Deddy Mizwar (93%). Sementara Ridwan Kamil baru dikenal 77%, masih kalah dikenal dibanding Desi Ratnasari 87% dan Dede Yusuf 87%. sementara Dedi Mulyadi baru dikenal 50%.
Sementara untuk tingkat kedisukaan (likeability), Ridwan Kamil memeroleh angka tertinggi. Dari 77% warga yang mengenalnya, 92% di antaranya mengaku menyukainya. Sementara Deddy Mizwar disukai 88% dari yang mengenal, demikian pula dengan Abdullah Gymnastiar. Sedangkan Dedi Mulyadi yang baru dikenal 50% warga juga memiliki tingkat kedisukaan yang cukup tinggi, sebesar 81%.
Menurut Djayadi, tingkat kesukaan yang tinggi yang antara lain menjelaskan keunggulan elektabilitas Ridwan Kamil. “Ini berarti Ridwan Kamil memiliki peluang menambah dukungan lebih besar dengan hanya meningkatkan popularitasnya,” tegas Doktor ilmu politik dari lulusan Ohio State University itu. Selain Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi juga memiliki peluang jika popularitasnya meningkat.
Hampir di semua kalangan pendukung partai, Ridwan Kamil unggul atas calon gubernur lainnya. Besaran dukungan berkisar antara 27.9% hingga 70%. Hanya di kalangan pendukung Hanura, Ridwan Kamil kalah dari Dedi Mulyadi (28.6% versus 42.9%).
Jokowi Menyalip Prabowo
Temuan lain dari survei ini adalah tentang dukungan politik warga Jawa Barat untuk pemilihan presiden 2019. Dari sejumlah nama yang beredar di publik, Joko Widodo dan Prabowo Subianto masih mendominasi dukungan warga Jawa Barat.
Dalam pertanyaan spontan (top of mind), Joko Widodo mendapat dukungan terbanyak, 25,7%, bersaing ketat dengan Prabowo Subianto yang mendapat dukungan 22%, dan nama-nama lain di bawah 2%.
Dalam simulasi dua nama, Jokowi memeroleh dukungan 48,8% warga, sementara Prabowo 43,8%. Dibanding Mei 2017 dukungan terhadap Jokowi mengalami peningkatan sekitar 7.3%, sedangkan Prabowo mengalami penurunan sekitar 8.5%.
Djayadi menjelaskan bahwa ini untuk pertama kalinya sejak Pilpres, 9 Juli 2014, Joko Widodo mengungguli Prabowo Subianto. Sebagai perbandingan, pada Pilpres 2014, Jokowi mendapat suara di Jawa Barat 40,2% sementara Prabowo unggul jauh dengan perolehan suara 59,8%.
Dari empat kali survei yang dilakukan sejak Pilpres 2014, terlihat tren pelemahan dukungan pada Prabowo di Jawa Barat. Bila trend ini berlanjut, kata Djayadi, “Peluang Jokowi untuk memenangkan pilpres di Jawa Barat semakin besar.”
Dalam analisis cross tabulation, terlihat bahwa pendukung Jokowi menyebar ke semua pendukung calon-calon potensial gubernur Jawa Barat, kecuali Dedi Mulyadi. Dalam simulasi 5 nama, Jokowi unggul di kalangan pendukung Aa Gym (51.3% vs 44.7%), Deddy Mizwar (49.2% vs 45.9%), Dede Yusuf (61.3% vs 37.7%), dan Ridwan Kamil (49.9% vs 46.3%). Namun di kalangan pendukung Dedi Mulyadi, Prabowo unggul atas Jokowi (54.4% vs 38.6%).
Dalam simulasi empat nama, Jokowi mengungguli Prabowo di kalangan pedukung Deddy Mizwar (50.4% vs 45.6%), Dede Yusuf (58.1% vs 40.9%), dan Ridwan Kamil (49.9% dan 46.0%). Di kalangan pendukung Dedi Mulyadi, Jokowi kalah dari Prabowo (45.5% vs 48.5%). Dalam simulasi tiga nama, Jokowi unggul di kalangan pendukung Deddy Mizwar (53.1 vs 43.4) dan Ridwan Kamil (50.4% dan 45.7%). Prabowo unggul di kalangan pendukung Dedi Mulyadi (52.8% vs 41.7%). [DA & SA]