Satu tahun setelah memimpin Indonesia, Presiden Jokowi belum berhasil mengubah pola dukungan yang dulu terlihat dalam hasil Pemilihan Presiden 2014. Penelitian Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada Oktober 2015 ini menunjukkan saat ini rakyat yang menyatakan puas terhadap kinerja Presiden Jokowi hanya mencapai 51,7% sedangkan yang menyatakan tidak puas 45,4%. Perbadingan persentase ini sangat mendekati perolehan suara dukungan Jokowi pada Pemilihan Presiden 2014 (Jokowi 53%; Prabowo 47%).
Temuan ini disampaikan Direktur Eksekutif SMRC Dr. Djayadi Hanan dalam acara presentasi hasil Survei Evaluasi Publik Nasional Setahun Pemerintahan Jokowi, yang diadakan di Jakarta (Selasa, 20 Oktober 2015).
Djayadi mengungkapkan keyakinan masyarakat terhadap kemampuan Jokowi memimpin sebenarnya cukup baik yakni 62%, jauh lebih banyak dibanding yang meragukannya (29%). Meskipun keyakinan ini tidak setinggi ketika Jokowi dilantik (75%), posisi pada Oktober 2015 ini lebih baik dibanding keyakinan masyarakat pada bulan Juni (55%).
Namun dalam hal kepuasan terhadap kinerja Jokowi, suara positif terhadap Jokowi jauh lebih rendah di kelompok-kelompok tertentu dan mencerminkan pola perolehan suara pada pilpres lalu.
Kepuasan terhadap kinerja Jokowi lebih kuat terlihat di kalangan rakyat kecil: mereka yang berpendidikan lebih rendah, berpendapatan lebih rendah, tinggal di pedesaan, dan bekerja sebagai pekerja kasar/tidak terampil, pengangguran atau ibu rumah tangga.
Tingkat kepuasan di pedesaan cenderung positif (59%) sedangkan di perkotaan cenderung negatif (43%). Dari segi pendidikan, tingkat kepuasan terhadap presiden hanya positif di kalangan berpendidikan rendah (SLTP ke bawah) yakni 51-58%.
Demikian juga dari sisi pendapatan. Tingkat kepuasan terhadap presiden hanya positif di kalangan berpendapatan sangat rendah (1 juta ke bawah) yakni 57%. Dari segi pekerjaan, tingkat kepuasan terhadap presiden cenderung positif di kalangan pekerja kasar/tidak terampil dan pengangguran, ibu rumah tangga, dan pelajar/mahasiswa (50-55%).
Dari segi umur, tingkat kepuasan terhadap presiden hanya positif di kalangan yang lebih tua (40 tahun ke atas) yakni 57% – 58%. Di kalangan yang lebih muda (40 tahun ke bawah), tingkat kepuasan terhadap presiden negatif (43-46%).
Dilihat dari sisi etnis, sebagaimana juga perolehan suara dalam Pemilu 2014, masyarakat  Sunda, Betawi, Batak, dan Minang, memiliki tingkat kepuasan terhadap kinerja presiden cenderung negatif (36-46%). Hanya etnis Jawa, Madura, dan lainnya, tingkat kepuasannya positif (55-57%).
Kalangan Islam terbelah dua dalam tingkat kepuasan terhadap kinerja presiden: 49% menyatakan puas dan 49% menyatakan tidak puas. Sedangkan tingkat kepuasan kalangan non-Islam berada pada level positif dan cenderung tinggi (65-77%).
Dari segi wilayah, tingkat kepuasan kepada presiden positif dan cenderung tinggi di luar Jawa (kecuali Sumatera), Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur (55-78%). Tingkat kepuasan kepada presiden cenderung negatif di daerah Banten, Sumatera, Jawa Barat, dan DKI (28-45%). Kecuali di DKI, tingkat kepuasan dari segi wilayah ini masih menggambarkan tingkat dukungan seperti dalam pemilihan presiden 2014 lalu.
Dari segi pendukung partai-partai, tingkat kepuasan terhadap kinerja presiden cenderung positif di kalangan pendukung partai Nasdem, PKB, PDIP, Golkar, dan PAN (55-66%). Tingkat kepuasan itu cenderung negatif di kalangan pendukung partai PKS, Gerindra, Demokrat, PPP, dan Hanura (18-45%). Menarik untuk mencatat, salah satu partai pendukung koalisi pemerintah (KIH) yakni Hanura tingkat kepuasan pendukungnya sangat rendah yakni 18%.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada sejumlah langkah pemerintah Jokowi yang diapresiasi tinggi. Masyarakat menilai positif terhadap hasil kerja pemerintahan Presiden Jokowi di bidang pendidikan, layanan kesehatan, dan pembangunan jalan-jalan raya. Berturut-turut, jumlah responden yang menilai baik bidang-bidang tersebut adalah 73%, 72%, dan 66%.
Namun, penilaian masyarakat masih negatif terhadap masalah-masalah utama yang lain. Dalam mengurangi jumlah pengangguran, hanya 33% responden yang menilai baik. Demikian juga dalam mengurangi jumlah orang miskin, hanya 36% responden menilai baik. Kinerja pemerintah dalam menjaga harga barang-barang kebutuhan pokok terjangkau dinilai baik hanya oleh 41% responden. Sementara itu, hanya 47% responden yang menilai baik kinerja pemerintah dalam memberantas korupsi.
Yang menilai kondisi ekonomi nasional lebih buruk dari tahun lalu jumlahnya lebih banyak (41%) dibanding yang menilai lebih baik (22%).  Yang menilai kondisi politik lebih buruk dari tahun lalu juga lebih banyak (36%) daripada yang menilai lebih baik (19%). Kondisi penegakan hukum juga dinilai lebih buruk (40%), lebih banyak dari yang menilai lebih baik (31%). Demikian juga dengan kondisi korupsi. 55% responden menilai korupsi makin banyak, dan hanya 17% yang menilai korupsi semakin sedikit.
Bagaimanapun, meskipun tingkat penerimaan masyarakat terhadap kinerja Presiden Jokowi tidak tinggi, saat ini masyarakat belum atau tidak memiliki calon pemimpin alternatif. Presiden Jokowi masih merupakan tokoh paling populer yang tetap akan terpilih sebagai presiden jika pemilihan presiden diadakan saat ini. Saingan terdekat presiden masih tokoh lama, yakni Prabowo Subianto.
Dalam pertanyaan terbuka, apabila pemilihan presiden dilakukan pada saat survei dilaksanakan, secara spontan 25.4% masyarakat menyatakan akan kembali memilih Jokowi sebagai presiden. Angka ini berada di atas Prabowo (14.3%) dan SBY (5.1%). Nama-nama lain memperoleh dukungan kurang dari 2%.
Survei ini menggunakan metode penarikan sampel random multi-tahap dengan 1220 responden. Margin of errornya +/- 3.1% pada tingkat kepercayaan 95%.